Setelah mengalami musibah, seringkali kita akan menemui kebangkitan hidup

 

AYD

Pembukaan ajang Asian Youth Day 2017 (AYD 2017)  yang diselengarakan di Yogyakarta oleh Keuskupan Agung Semarang membawa suka cita bagi Wiyono, pengrajin difable dari Weru Sukoharjo yang selama ini dibina KARINAKAS,  kitiran bambu hasil karyanya yang juga telah dia diperdagangkan ke berbagai kota dipakai sebagai penanda pembukaan AYD 2017. Tampak Mgr Robertus Rubiyatmoko (Uskup Agung Semarang), Lukman Hakim Saiffudin (Menteri Agama Republik Indonesia), dan Sri Sultan Hamengku Buwono X (Gubernur DIY) memainkan kitiran yang diikuti seluruh peserta AYD yang terdiri dari kaum muda Katolik  di Asia sebagai tanda dibukanya kegiatan AYG 2017 yang berlangsung awal Agustus 2017 yang lalu. Ingin tahu foto dan kisah tentang kisah wiyono?silahkan klik Rubrik Kisah Sukses: Wiyono Sang Inspirator Perubahan di website Karinakas ini. http://www.karinakas.or.id/index.php/id/kisah-sukses/290-wiyono-sang-inspirator-perubahan .(Ferry T. Indratno, foto: Dok AYD).

 

 

 

Merapi FM

Selam in action, di Studio Radio Merapi FM, Cluntang, Musuk, Boyolali,  Selasa, 6 Juni 2017 (Foto: Ferry)

Desa Cluntang, merupakan desa tertinggi di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, di lereng Gunung Merapi sebelah timur. Dengan struktur tanah pegunungan yang lahan kering, mayoritas penduduknya hidup dengan mengelola perkebunan palawija, tanaman cengkeh, bunga mawar, aneka sayuran yang telah dikelola dengan baik.

Dengan Topografi pegunungan, jarak antar penduduk relatif menyebar, dengan dibatasi oleh lahan pertanian dan jurang. Kondisi ini dirasa sangat menyulitkan bagi penduduk khususnya dalam mendistribusikan berbagai informasi ke berbagai pelosok, baik informasi dari tingkat pedesaan maupun informasi dari tingkat kabupaten. Terlebih tidak semua wilayah bisa mengakses komunikasi lewat perangkat seluler (Handphone), karena sulitnya mendapatkan signal seluler.

Informasi-informasi yang hendak diberikan maupun diterima oleh masyarakat terkadang terlambat atau tidak sampai kepada masyarakat yang membutuhkan. Terlebih wilayah Desa Cluntang berbatasan langsung dengan puncak Merapi. Informasi kebencanaan yang berkaitan dengan aktifitas gunung Merapi, terkadang sulit untuk disampaikan baik kepada masyarakat di sekitar Desa Cluntang, maupun masyarakat lain yang membutuhkan.

***

Pada tahun 2006 saat terjadi erupsi Gunung Merapi, Desa Cluntang juga terkena imbasnya. Erupsi ini menggugah hati Selam seorang warga Dukuh Gindang, Desa Cluntang untuk menjadi relawan erupsi merapi. Ia berinisiatif mengajak warga desanya untuk membantu sesamanya yang terkena erupsi Merapi. Selam atau sering dipanggil Kang Boim ini mengkoordinir warga untuk hal bantuan kemanusiaan. Saat itu alat komunikasi sangat minim sekali sehingga untuk info apa pun Kang Boim harus memberikan info kepada warga dari rumah ke rumah. Selam kemudian berpikir bagaimana agar info yang dibutuhkan warga tidak perlu disampaikan satu persatu dari mulut ke mulut dan dari rumah ke rumah.

Ia berpikir untuk membuat radio komunitas. Ide tersebut kemudian ia komunikasikan kepada para tetangganya, Sriyanto dan Dadi. Ternyata gayung bersambut, lalu mereka bertiga mulai bergerak mencari informasi bagaimana cara mendirikan radio komunitas.

Merapi FM

Selam dan keluarganya merelakan salah satu ruangan di rumahnya dipakai sebagai studio Radio Merapi FM (Foto: Ferry)

Mereka memperoleh informasi bahwa untuk membuat pemancar dibutuhkan penel, travo, kabel, antene dan VCD (sebelum ada komputer). “Untuk mendapatkan semua bahan itu, saya rela menjual ternak saya berupa menthok dan ayam untuk mendapatkan satu buah Penel merk Mitshubishi seri AA seharga 84 ribu.” Kenang Selam

Sedikit demi sedikit setelah semua bahan yang di perlukan terkumpul Selam, Sriyanto, dan Dadi harus merogoh kocek lagi untuk membayar tenaga yang merakit radio karena mereka bertiga belum mampu merakit sendiri.

Setelah proses perakitan selesai, jadilah sebuah radio komunitas “yang berada diberada di frekwensi FM 88.0 MHz. Peralatan masih menggunakan peralatan yang sangat minim, menggunakan VCD pinjaman dan kaset-kaset pinjaman dari warga. Siaran radio ini menjangkau seluruh Desa Cluntang. Radio ini tentu saja belum memiliki izin operasional.

Radio Komunitas Petani “Merapi FM”

Masyarakat dan Pemerintah Desa sangat mendukung keberadaan radio ini maka mereka mendorong agar radio ini didirikan secara resmi dan berizin agar memiliki program yang jelas dan jangkauan siaran yang lebih luas. Dukungan terhadap pendirian Radio Komunitas Petani dalam bentuk pemberian tanda tangan persetujuan yang jumlahnya mencapai 271 tanda tangan dari minimal 250 tanda tangan yang dipersyaratkan oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Pada tanggal 20 Desember 2011 dinyatakan bahwa semua kelembagaan di lingkungan Desa Cluntang, mulai dari kelembagaan RT (Rukun Tetangga), BPD, LKMD, Karang Taruna, PKK Desa, Paguyuban Kepala Dukuh, Kepala Desa, Muspika, PMI, Sibat (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat), FPRB (Forum Pengurangan Resiko Bencana), OPRB (Organisasi Pengurangan Resiko Bencana) Pengurus Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Pengurus PKK, Pengurus Karang Taruna, dan Tokoh Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mendukung sepenuhnya atas pendirian Radio Komunitas Petani yang bernama Radio Komunitas Petani Merapi FM. Kepala Desa Cluntang mengeluarkan surat keterangan pengantar dengan nomor : 100/09/VIII/2016 untuk bahan kelengkapan berkas permohonan Ijin Penyiaran Radio Komunitas.

Radio Komunitas Petani pada akhirnya berbentuk Perkumpulan dan Berbadan Hukum dengan Akta Notaris No. 08 Tanggal 30 Desember 2013 pada Notaris Diah Kusumawati, SH yang berkedudukan di Kabupaten Boyolali dan sudah terdaftar dalam Buku Register Pengadilan Negeri Boyolali No. W12.U17/43/HK.04.01/10/2014 tanggal 10 Oktober 2014.

Radio komunitas ini bukan sekedar alat komunikasi yang saling menyatukan dan memberi informasi kepada warga. Namun radio kumunitas ini merupakan manifestasi dari rasa kemanusiaan dan kerelawaan para warga desa yang dimotori oleh Selam dan kawan kawan. Komunitas ini adalah komunitas relawan sosial yang peduli terhadap kesulitan yang dihadapi warga desa. Para relawan komunitas Merapi siap turun tangan sewaktu waktu dibutuhkan warga. Radio ini juga memiliki jaringan dengan radio komunitas lainnya serta kelompok-kelompok NGO, termasuk KARINAKAS Yogyakarta.

Kini Radio Komunitas Petani Merapi FM berada di frekwensi 105.5 MHz. Siaran rutin sudah dilakukan secara tertata, mulai dari informasi pertanian, berita seputar warga, hiburan musik, wayang kulit, iklan layanan masyarakat, dan sebagainya. Secara bergantian Dadi, Sriyanto, Selam, Maryono, Bagyo, Sriwartini, Sutini, Suparno, dan Bero menjadi penyiar Radio ini.

Menurut Selam alias Boim, radio ini terus bertahan karena ada partisipasi anggota. Ada iuran secara rutin, donatur, iklan, menjual souvenir, dan sumbangan sumbangan yang tidak mengikat. Secara teknis mereka juga diikutkan pelatihan pelatihan teknis yang diadakan oleh LSM atau pemerintah. (Ferry T. Indratno)

SIBD Jeblog

Sistem Informasi Bisnis Desa (SIBD) berbasis website Desa Jeblog, Kecamatan Karanganom, Klaten resmi dilaunching oleh Camat Kecamatan Karanganom Slamet Samodra Karyadi (memotong tumpeng). Launching ditandai dengan pemotongan tumpeng dilanjutkan dengan pemotongan pita dan pembukaan Warung Market Centre. Turut menyaksikan acara ini, perangkat Desa Jeblog, Tim RBM, perwakilan SHG, dan KARINAKAS. SIBD Jeblog bisa diakses melalui website sibdjeblog.com (Ferry)

Pengurangan Resiko Bencana

Setiyo, Ketua Kelompok Tani Agni Mandiri menjelaskan tentang upaya Pengurangan Resiko Bencana (Foto: Ferry)

Setelah sempat saling tunggu di depan Pasar Jatinom, Klaten, rombongan mobil KARINAKAS yang pada hari itu, jumat 27 Mei 2016, melaksanakan Hari Belajar (Hajar), tiba di dusun Sruni. Rombongan KARINAKAS disambut Setiyo, Suyatman, Sarji, Widi Atmono dan lain-lain warga dusun Sruni yang sekaligus anggota kelompok tani Agni Mandiri.

Hajar kali ini dilakukan di Kelompok Tani Agni Mandiri di dusun Sruni, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali. Dalam ajaran agama Hindu, Agni adalah dewa yang bergelar sebagai pemimpin upacara, dewa api, dan duta para Dewa. Kata Agni itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti 'api'. Mengapa api? Karena api adalah energi. Kelompok tani ini bercita cita agar desa Sruni mandiri energi.

Kelompok Tani Agni Mandiri

Salah satu instalasi biogas milik warga desa Sruni (Foto: Ferry)

Kemandirian Energi

Niat mandiri energi warga Sruni didukung banyaknya ternak sapi yang rata-rata dipelihara oleh warga, sehingga menjadi potensi untuk kemandirian energi. Limbah kotoran sapi diolah menjadi energi alternatif. 

Kelompok tani Agni Mandiri

Foto bersama Pengurus kelompok Tani Agni mandiri dengan karyawan KARINAKAS seusai acara hari Belajar di Desa Sruni (Foto: Ferry)

Menurut Setiyo, Ketua Kelompok Tani Agni Mandiri, di wilayah Desa Sruni hampir setiap warga memiliki ternak sapi. Walaupun cuma satu atau dua ekor namun itu bukan menjadi kendala untuk tetap mengolah limbah kotorannya menjadi biogas. “Satu ekor sapi saja, mencukupi untuk diolah menjadi biogas,” ujar Setiyo. 

menerima kasih dan memberi kasih itu perkara yang satu-tunggal; tanpa ada yang menerima, orang juga tidak bisa memberi; maka menerima kasih sekaligus juga memberi kasih karena memungkinkan orang lain memberi kasih #RomoMangun "Burung-burung Manyar"

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com