Palu Donggala

Pada hari Jumat 28 September 2018, terjadi gempa bumi 7,4 SK di Palu, Donggala dan sekitarnya. Gempa tersebut disertai tsunami. Setidaknya lima kecamatan kota di Donggala terpampak parah, sarana dan prasarana listrik dan air rusak. Jalan dan infrastruktur serta pasokan BBM banyak mengalami gangguan dan kerusakan.

Gempa bumi disertai tsunami ini menyebabkan banyak kerugian baik jiwa maupun harta benda. Setidaknya pada tanggal 3 Oktober 2018, korban jiwa mencapai 1.407 orang yang tersebar di kota Palu, sebagian Donggala, sebagian Sigi, dan Parigi Moutong. Selain itu banyak warga terdampak lain yang mengalami luka-luka, dan kehilangan tempat tinggal sehingga puluhan ribu orang harus mengungsi.

KARINAKAS sebagai lembaga keuskupan yang memegang mandat kebencanaan, dalam koordinasi dengan Karina KWI, membantu Caritas Makasar dan Keuskupan Manado dalam kegiatan respon bencana. Kegiatan ini didukung oleh Bapa Uskup, para Romo dan umat Keuskupan Agung Semarang. Maka KARINAKAS menggalang dana sebagai aksi solidaritas bagi warga terdampak. Dana itu akan digunakan untuk membantu Caritas Makasar dan Keuskupan Manado dalam meringankan penderitaan warga terdampak. Pada tanggal 4 Oktober 2018, KARINAKAS juga mengirimkan salah satu staf untuk membantu kegiatan JNA (Join Need Asesment), dan membantu relawan-relawan Paroki St. Bunda Maria, Palu. Semoga para warga terdampak diberikan kekuatan dan ketabahan, dan kehadiran Gereja melalui jaringan Caritas ini bisa sedikit meringankan penderitaanwarga terdampak. (Rm. Toms)

Lombok

 

Pada hari Jumat 28 September sampai dengan Selasa 2 Oktober 2018, KARINAKAS yang diwakili oleh Direktur KARINAKAS, Rm Martinus Sutomo Pr, mengadakan Monitoring-Evaluasi dan Perencanaan Program Pasca Gempa Lombok, bersama dengan Direktur dari Karitas Surabaya dan Vikjend Keuskupan Surabaya, Direktur Karitas Bogor, dan Pewakilan Karitas Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan untuk melihat sejauhmana dampak positif dari kegiatan emergency respon yang sudah dilakukan oleh TRGL KD (Tim Reaksi Bencana Gempa Lombok, Keuskupan Denpasar), sejauhmana bantuan yang dikirim bermanfaat bagi warga terdampak, bagaimana distribusinya, berapa penerima manfaatnya, wilayah penerima manfaat dan sebagainya.

Kegiatan ini diawali dengan kulonuwun dengan Romo Paroki Mataram yang juga sekaligus Koordinator Lapangan TRGL KD, dan berkunjung ke posko TRGL KD dan Tim TRGL KD. Setelah mengadakan bincang-bincang sejenak di posko bersama tim TRGL KD, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke dua daerah penerima manfaat yakni ke Desa Sigar Penjalin, Lombok Utara, dan ke Dusun Torean, Desa Loloan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Di kedua tempat tersebut, tim mengunjungi dan wawanhati dengan warga terdampak bencana yang memang kondisinya belum pulih benar, perekonomian juga belum lancar, dan masih tinggal di tenda-tenda sementara.

Rencana TRGL KD adalah mengadakan program early recovery. Karinakas, Kariyo (Karitas Surabaya), Cariban (Karitas Bandung) dan Karitas Bogor pada intinya siap mendukung kegiatan ini. Namun saat ini proposal mengenai program early recovery masih perlu diperdalam kembali sampai siap untuk dilaksanakan. Semoga kehadiran Gereja melalui jaringan Karitas ini mampu meringankan penderitaan warga terdampak bencana dan menjadikan mereka semakin bangkit dari keterpurukan akibat bencana ini. (Rm. Toms)

Tim Siaga

Romo A. Banu Kurnianto, Pr., Direktur KARINAKAS memberi penekanan pada pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dihadapi Tim Siaga Bencana Paroki, Sabtu, 20 Mei 2017 di Banyusumilir, Sleman DIY (Foto: Ferry)

KARINAKAS bersama Tim Siaga Bencana dari Paroki-Paroki di lingkar Merapi: Banyutemumpang, Salam, Muntilan, Somohitan, Medari, Pakem, Kebonarom, Kalasan, Babadan, Sumber, dan Boyolali mengadakan pertemuan membahas kesiapsiagaan ketika terjadi bencana, khususnya bencana Merapi. Pertemuan diadakan di Banyusumilir, Sleman, hadir 40an peserta dari 9 paroki, diisi dengan Tim Building, sharing pengalaman ketika menangani erusi 2010 dan membuat rencana tindak lanjut (RTL) untuk pemantapan Tim Siaga Bencana ke depan. Hadir pula Tim Tanggap Darurat (Tagar) yang selama ini banyak berkecimbung dalam menangani bencana.

Tim Siaga Bencana

Peserta melakukan Tim Bulding untuk makin memantapkan kerjasama dan kekompakan Tim (Foto: Ferry)

Romo A. Banu Kurnianto, Pr, mas Anang dan mas Bayu secara bergantian memimpin sharing dan RTL Tim Siaga Bencana ini. Dalam sharing, Paroki Babadan, Boyolali, Somohitan, Sumber, Medari, Pakem, Salam, dan Muntilan mengungkapkan bahwa Dewan paroki masing masing telah membuat Programasi untuk antisipasi bencana ini. Umumnya mereka menyiapkan penampungan, rekrutmen relawan, penyiapan posko, air bersih, dan logistik. Namun ada beberapa Paroki seperti misalnya Boyolali selalin menyiapkan tanggap darurat juga melakukan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana melalui pembuatan demplot, terastiring tanah dan sebagainya.

Tim Siaga Bencana

Foto bersama Tim  Siaga Bencana Paroki (Foto: Ferry)

Upaya-upaya sistematis yang telah disiapkan paroki ini tentu menggembirakan namun masih terbersit kekhawatiran tentang kesiapan para relawan. Untuk itu para peserta menyusulkan agar KARINAKAS memfasilitasi mereka untuk mengadakan peningkatan kapasitas sebagai relawan melalui pelatihan-pelatihan. Di samping itu perlu ada pertemuan rutin antar paroki, grup WA untuk saling komunikasi, dan tersedianya alat komunikasi yang memadai.(Ferry T. Indratno)

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com