Keterlibatan Gereja KAS pada Bencana Palu-Donggala-Sigi

Palu

Belum pulih benar kesedihan karena gempa bumi Lombok, terjadi gempa lagi di Sulawesi Tengah sebesar M 7,4. Gempa tersebut terjadi pada hari Jumat 28 September 2018, tepatnya pukul 17.02 WIB. Gempa bumi yang disertai tsunami tersebut melanda Kota Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya. Bencana ini mengakibatkan banyak kerusakan dan kerugian baik jiwa, harta benda, maupun fasilitas-fasilitas umum.

Data terakhir (19 Oktober 2018) dari Kogasgabpad (Komando Tugas Gabungan Terpadu) Palu, menunjukkan bahwa terdapat 2.112 orang meninggal akibat bencana ini (Palu 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang). Korban hilang atau tertimbun 1.309 orang, korban luka 4.612 orang, pengungsi sekitar 231.776 orang. Selain mengakibatkan korban jiwa, gempa juga menimbulkan kerusakan yakni 68.451 rumah warga rusak, dan banyak fasilitas umum lain yang mengalami kerusakan.

Gempa dan tsunami ini meninggalkan kesedihan dan penderitaan mendalam bagi warga terdampak. Mereka kehilangan orang yang dikasihi yakni keluarga, sanak saudara, tetangga, dan juga kehilangan pekerjaan, rumah, tanah, harta benda, dan yang lebih susah adalah mereka tidak lagi bisa melakukan aktivitas normal seperti hari-hari sebelumnya, dan harus tinggal di pengungsian yang jauh dari tempat tinggalnya semula. Gempa itu juga menimbulkan rasa takut, trauma dan bahkan ada yang tidak berani kembali ke kampung halamannya setelah peristiwa gempa disertai lekuifaksi. “Gempa kali ini sungguh amat menakutkan, saya masih takut kembali ke rumah”, kata bapak Saul (63 tahun) dari Desa Jonooge, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi. Bapak Saul dan keluarganya, serta saudara dan beberapa tetangganya yang masih selamat, kini mengungsi di pengungsian Desa Pombewe, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi, Prov. Sulteng.

KARINAKAS sebagai lembaga Keuskupan Agung Semarang yang memegang mandat kebencanaan, membantu CARITAS PSE Keuskupan Manado (sebagai tuan rumah), dan CARITAS Makasar dalam kegiatan respon bencana ini. Hal itu dilaksanakan dalam koordinasi dengan KARINA KWI, dan dibantu pula oleh Caritas lain misalnya Caritas Tanjung Karang, Bandung, LDD Jakarta, serta didukung pula oleh CRS (Catholic Relief Service), JRS (Jesuit Refugee Service) dan komunitas-komunitas lain termasuk komunitas para suster. Dalam semangat belarasa, para relawan bahu membahu dan saling membantu serta mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk bersatu dalam kegiatan kemanusiaan yakni membantu meringankan penderitaan para warga terdampak gempa.

KARINAKAS hadir membantu dalam respon bencana ini, baik itu dengan mengirimkan para relawan maupun membantu secara finansial. Para relawan KARINAKAS membantu dalam proses respon bencana misalnya dalam kegiatan assessment, proses pendistribusian barang bantuan, logistik, transportasi, dan kesektretariatan. Para relawan tinggal di Posko St Maria, yang berada di kompleks Gereja Paroki Santa Maria, Palu. Semua barang bantuan dan kegiatan respon berpusat di Posko Santa Maria ini.

Selama kegiatan respon bencana sampai tanggal 24 Oktober ini, setidaknya sudah sekitar 40 ribu warga terdampak yang telah direspon oleh Gereja melalui kegiatan kemanusiaan jaringan Caritas, yang dipimpin oleh Caritas PSE Keuskupan Manado ini. Banyak pula warga terdampak yang merasa bersyukur atas perhatian dan bantuan ini. “Saya bersyukur sekali dan sangat senang, semoga Tuhan membalas kebaikan bapak…” demikian ungkap bapak Subarna yang mengungsi di pengungsian Pos 6 Desa Lolu, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi, Prov. Sulteng.

Selain membantu respon bencana Caritas PSE Manado, KARINAKAS juga memberikan bantuan kepada para pelajar dan mahasiswa asal Palu, Donggala dan sekitarnya, yang sedang belajar di Yogyakarta. Mereka berjumlah sekitar 500-600 orang. Gempa bumi Palu, Donggala ini menyebabkan mereka kehilangan tempat tinggal dan keluarganya, sehingga otomatis kiriman bantuan baik itu untuk studi, biaya kost dan hidup sehari-hari terputus. Maka, bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk pemerintah, KARINAKAS membantu para mahasiswa tersebut dengan mengirimkan bahan makanan dan bahan non pangan ke salah satu posko yakni di RW 01 Bintaran Yogyakarta. KARINAKAS akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam respon selanjutnya bagi para mahasiswa tersebut.

Akhirnya, KARINAKAS mengucapkan terimakasih atas keterlibatan dan kemurahan hati seluruh umat KAS pada aksi solidaritas untuk Palu, Donggala dan Sigi ini. Bantuan dari seluruh umat di paroki-paroki KAS, maupun komunitas-komunitas, sungguh amat membantu meringankan beban penderitaan warga terdampak gempa. Semoga bantuan ini mampu mengurangi penderitaan warga terdampak, dan sekaligus menghadirkan wajah sosial Gereja di tengah-tengah masyarakat, karena apa yang menjadi duka dan kecemasan masyarakat, juga menjadi duka dan kecemasan Gereja (GS 1). Semoga gerakan solidaritas ini juga membantu umat maupun komunitas-komunitas untuk belajar semakin mengembangkan semangat belarasa dan kepedulian pada sesama yang menderita. KARINAKAS akan terus berkoordinasi dengan Pos Pelayanan Caritas PSE Manado dan Karina KWI untuk menentukan langkah-langkah repon selanjutnya. (Rm. Toms)

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com