Bersahabat Dengan Sampah

Bank Sampah

Suasana Sosialisasi Pengelolaan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup Boyolali, di Desa Sruni, Musuk Boyolali, 21 Maret 2017 (Foto: Fr. Toms)

Bersih sampahku… hijau kampungku… sehat lingkunganku...!” Demikianlah slogan yang diserukan oleh Yayuk Sulistiyarso, Direktur Bank Sampah di kampung Surodadi, Boyolali. Bu Sulis, demikian sapaan akrabnya, hadir di tengah-tengah para anggota Kelompok Tani Agni Mandiri di Desa Sruni-Boyolali bersama rombongan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali. Mereka hadir di tengah-tengah Kelompok Tani Agni Mandiri untuk mensosialisasikan tentang Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga. Bersamaan itu pula hadir tim dari KARINAKAS yang merupakan mitra kerja Kelompok Tani Agni Mandiri.

Sosialisasi tentang pengolahan sampah skala rumah tangga yang diikuti sekitar 25 orang tersebut diselenggarakan pada hari Rabu, (21/3/2017), bertempat di rumah Triyono yang Sekretaris Kelompok Tani Agni Mandiri Desa Sruni, Musuk, Boyolali.

Dalam sambutannya, Ketua Kelompok Tani Agni Mandiri, Bapak Setiyo, menjelaskan bahwa para petani ingin meningkatkan greget dalam mengelola sampah, dimana pengelolaan sampah ini juga akan berdampak pada ekonomi keluarga. Hal senada juga disampaikan Y. Bayu KristiawanManajer Program DRR KARINAKAS bahwa Agni Mandiri ingin menjadi kelompok tani yang inovatif, tidak hanya menjadi petani yang standar-standar saja, namun ingin berinovasi khususnya dalam pengelolaan sampah.

Dalam sosialiasasiini perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali, Bapak Bambang, menyampaikan latar belakang diadakannya sosialisasi pengolahan sampah skala rumah tangga itu, yakni adanya darurat sampah.

Menurutnya, sampah ke depannya akan semakin menjadi masalah kalau tidak segera dikelola. Sekarang ini banyak sekali TPA (tempat pembuangan akhir) yang sampahnya sudah melebihi kapasitas penampungan sehingga sampah mulai menggunung. Ia mengajak para peserta untuk “bersahabat” dengan sampah, yakni tidak menghindari sampah, namun mengelola sampah agar lingkungan sehat dan aman.

 

Lalu bagaimana konkritnya mengelola sampah itu? Yayuk Sulistyarso mensharingkan bagaimana warga kampungnya sudah mengakrabi sampah yakni dengan memilah-milah sampah dan mendirikan bank sampah. Slogan “Bersih sampahku… hijau kampungku… sehat lingkunganku…” diwujudkan dengan mengelola sampah dan pendirian bank sampah. Bank sampah dijalankan oleh warga kampungnya yang dipimpin oleh “direktur bank” yakni Sulis sendiri. Pengelolaan sampah dimulai dari hal yang kecil-kecil misalnya rajin memilah-milah sampah dan meletakkannya di tempat sampah yang sudah dikategorikan.

Sulis juga menyatakan tekadnya mengubah image masyarakat tentang sampah yang menjijikkan menjadi barang yang berguna dan bisa dikelola. Mengelola sampah itu sama dengan menyelamatkan lingkungan hidup. Sampah organik dijadikan pupuk. Sedangkan sampah non organik (plastik, botol, kertas) dan sampah kertas dikumpulkan di bank sampah untuk kemudiaan dijadikan bahan kerajinan atau dijual.

Menurut Sulis, mekanisme bank sampah cukup sederhana. Warga tidak harus mengumpulkan sampah dahulu sampai banyak, lalu baru dijual ke bank sampah, melainkan berapapun sampah, bisa disetorkan ke bank sampah. Jumlah itu akan dicatat oleh teller bank sampah. Uangnya bisa diambil apabila sudah banyak atau ketika membutuhkan. Faktor ekonomi bukanlah yang pertama-tama menjadi tujuan bank sampah. Tujuan yang utama adalah kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan. (Fr. Martinus Sutomo).

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com