Sertijab

Romo A. Banu Kurnianto menerima laporan pertanggungjawaban dari Setya Budi Asmara, disaksikan Romo Aria Dewanto, Romo Triatmoko, dan R. Anang Setiyargo (Foto: Ferry)

Bertempat di Kantor KARINAKAS, Gedung Belarasa, Jumat, 24/3/2017,dilakukan serah terima jabatan Manajer Keuangan KARINAKAS, dari B. Setya Budi Asmara kepada Direktur KARINAKAS, Romo A. Banu Kurnianto, Pr. Selanjutnya tugas Manajer Keuangan akan diampu Felicitas Gita Andry. Sertijab dihadari Romo Ignatius Aria Dewanto, SJ (ekonom), dan Romo I. Triatmoko, MSF (Sekretaris), Keuskupan Agung Semarang, serta Romo Florentinus Hartosubono, Pr, selaku Vikaris Episkopal (Vikep) DIY.  Acara ini juga disaksikan seluruh karyawan KARINAKAS. Selanjutnya Setya Budi Asmara yang merupakan Karyawan Keuskupan Agung Semarang, ditugaskan di Kevikepan DIY. (Ferry)

Evaperca Karinakas

 

Evaperca KARINAKAS

Selama 2 hari, 30-31 Januari 2017,  Tim Inti KARINAKAS yang terdiri dari Direktur, Manajer Keuangan, Manajer Personalia dan Umum, serta para Manajer Program, melalukan evaluasi dan perencanaan program di Kaliurang. Evaluasi dan perencanaan yang rutin dilakukan setiap awal tahun ini untuk semakin memantapkan gerak dan langkah KARINAKAS dalam berbelarasa dan melayani masyarakat. (Ferry T. Indratno)

 

Jambore Difabel

Salahsatu penampilan dari Jambore Difabel di Yogyakarta, 12-13 November 2016 (Foto: Ist)

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kraton Yogyakarta mengadakan untuk pertama kalinya Jambore Difabel pada 12-13 November 2016. Jambore itu mempertemukan sejumlah penyandang cacat dengan kreasi seni, budaya, dan kerajinan hasil karya mereka.  Acara ini juga didukung antara lain oleh KARINAKAS, Yaketunis, diff.com, FPDB, Sapda, FFPJ, BS Mardiwuto, psggc dan lain-lain. Berlokasi di gedung milik Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, atau bekas kantor Komite Olahraga Nasional Dinas Kebudayaan menyiapkan dana Rp 125 juta dalam perhelatan ini. Dana itu berasal dari Dana Keistimewaan Yogyakarta. Ada 20 komunitas difabel yang ikut serta dalam Jambore Difabel.
           Latar belakang Jambore Difabel berasal dari sejarah Yogyakarta, khususnya di keraton. Sejak dulu keraton memberikan tempat yang istimewa bagi kelompok penyandang disabilitas. Para penyandang disabilitas itu bergabung dalam Abdi Dalem Polowijan. Mereka memiliki peran yang penting dalam upacara adat resmi keraton. Saat ini jumlah Abdi Dalem Polowijan tinggal sedikit. Pelaksanaan Jambore Difabel sebagai salah satu implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 5 ayat 1. Beleid itu pada intinya menyebutkan 21 hak penyandang disabilitas, di antaranya urusan kebudayaan dan pariwisata, berkomunikasi, dan memperoleh informasi. Selain itu, digelar pula hasil karya para difabel. 
           Pada hari pertama, acara dimeriahkan kirab yang diawali di kompleks Kepatihan menuju eks gedung Komite Olahraga Nasional Indonesia atau Alun-alun Utara, pembukaan pameran, dan workshop komunitas. Juga ada penampilan potensi komunitas dan diskusi panel.Pada hari kedua, ditampilkan seni para difabel. KARINAKAS ikut serta akan membuat rekomendasi untuk kemajuan para penyandang disabilitas. (Ferry)

          Sosialiasasi jaminan Kesehatan

Para Pembicara dalam Lokakarya "Akses Jaminan Kesehatan bagi Penyandang Disabilitas", yang diadakan KARINAKAS dan para mitra di Restoran Niela Sary, Wonosari, Gunungkidul, 3-4 November 2016 (Foto: Ferry)

KARINAKAS, UCPRUK, DPO Mitra Sejahtera Nglipar, dan FKDG mengadakan Lokakarya Akses Jaminan Kesehatan untuk Difabel, yang dilaksanakan di Restoran Niela Sary, Wonosari, Gunungkidul, 3-4 November 2016. Acara ini sebagai kelanjutan hasil pendataan UCPRUK, KARINAKAS dan para mitra lain di Desa Sampang dan Watu Gajah, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul yang menemukan bahwa masih ada difabel yang belum memiliki jaminan kesehatan.

          Hadir sebagai pembicara adalah Winarto, Kasi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Gunungkidul, Agus Priyanto, Kasi Bapeljamkesos Dinas Sosial DIY, Syarifatun Karunia, BPJS Kesehatan Gunungkidul, dan Muhamad Syafei, Kepala Riset SIGAB.

Sosialisasi jaminan Kesehatan untuk Difabel

Dari kiri ke kanan: Andi, Sudrajat, dan Widodo, dari KARINAKAS, siap memfasilitasi kebutuhan peserta dalam Lokakarya (Foto: Ferry)

          Acara yang dibuka oleh Winarto mewakili Kepala Dinas Sosial Gunungkidul ini diikuti oleh sekitar 50 peserta dari FKDG (Forum Komunikasi Disabiltas Gunungkidul), Organisasi Difabel (DPO/Difabel People Organization), aoara desa dan kecamatan, serta difabel.

IFest 2016

Wiyono sedang melayani pengunjung di stand KARINAKAS dalam IPFest 2016 di Jakarta Convention Center 6-9 Oktober 2016 (Foto: Karel)

Dalam rangka mengenalkan keragaman lembaga filantropi di Indonesia, termasuk program-programnya kepada masyarakat luas, serta mendorong peran dan kontribusi lembaga filantropi dalam pencapaian 17 tujuan SDGs (Sustainable Development Goals) di Indonesia, Filantropi Indonesia menyelenggarakan Indonesia Philanthropy Festival (IPFest) 2016. Acara konferensi dan pameran berskala internasional ini mengangkat tema “Fostering Partnership for SDGs“. Lembaga Filantropi Indonesia adalah lembaga yang menggalang dana publik untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

IPFest 2016

Pramono Murdoko dari KARINAKAS menunjukkan buku RBM kepada Andi F. Noya dari Kick Andy Foundation (Foto: Pram)

Indonesia Philanthropy Festival (IPFest) 2016 akan diikuti lembaga filantropi nasional dan global serta delegasi filantropi dari Cina, Kolombia, Amerika Serikat, Filipina, dan Singapura. Acara ini diharapkan menjadi forum strategis bagi lembaga filantropi dan organisasi nirlaba Indonesia untuk berbagi pengalaman, meningkatkan kapasitas, memperluas jejaring, dan mengembangkan kemitraan dengan lembaga-lembaga filantropi nasional dan global.

Banyak kegiatan ditampilkan dalam kegiatan ini diantaranya sesi pleno, sesi diskusi paralel, sesi keahlian, panggung filantropi, young social innovator competition, selasar filantropi mileneal, dan pameran penggiat filantropi yang diikuti yayasan, lembaga nirlaba, dan lembaga sosial lainnya.

KARINAKAS berpartisipasi dalam acara ini dengan memamerkan hasil karya Self Help Group (SHG) di Klaten dan Sukoharjo. Wiyono salah satu pengrajin difabel ikut langsung memamerkan karyanya di Jakarta Convention Center tempat pameran digelar mulai tanggal 6-9 Oktober 2016.

Banyak pengunjung yang datang ke stand KARINAKAS antara lain Wahyuhadi Yayasan Tahija, Irwan Hidayat dari Sido Muncul, CSR Indofood, dan Andi F. Noya dari Kick Andy Foundation. Sebagian memborong produk produk dari SHG. (Ferry T. Indratno)

Pelatihan advokasi

Peserta Pelatihan Advokasi Hak Hak Difabel di Kecamatan Weru Sukoharjo 28-30 April 2016 (Foto: Martin)

Oleh:

Martinus Danang Pratama Wicaksana

"Difabel belum mendapatkan pemenuhan hak yang selayaknya,” kata Karel Tuhehay.

Dua orang pemateri yaitu Karel Tuhehay dari KARINAKAS dan Metta Yanti dari KONSTANTA nampak bersemangat mendampingi kader RBM (Rehabilitasi Bersumber daya Masyarakat). Kamis hingga Sabtu (28-30/4/16) KARINAKAS mengadakan pelatihan advokasi hak-hak difabel di rumah makan Mbah Sunar di kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo. Peserta terdiri dari Tim RBM Desa dan perwakilan SHG (Self Help Group) yang didominasi oleh kaum wanita dan beberapa difabel ini bertujuan meningkatkan pemahaman tentang advokasi, dan bagaimana merencanakan dan menjalankan advokasi untuk pemenuhan hak-hak difabel.

 

 

Musrenbang

Musrenbang Tematik dengan tema "Membangun Pengarusutamaan Difabilitas dalam pembangunan" kabupaten Sukoharjo dilaksanakan 21 Maret 2016 (Foto: Karel Tuhehay)

 Oleh: Karel Tuhehay

Untuk menjaring aspirasi Difabel agar semakin terlibat dalam pembangunan, Kabupaten Sukoharjo menyelenggarakan Musrenbang Tematik dengan tema "Membangun Pengarusutamaan Difabilitas dalam Pembangunan". Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2016 yang dihadiri oleh SKPD terkait, organisasi sosial kemasyarakatan, LSM, dan perwakilan dari Komisi I DPRD Kabupaten Sukoharjo.

Pelatihan Gender

Metta Yanti (tengah) bertindak selaku narasumber di dampingi  Ella William seorang perawat dari Jerman yang mensharingkan pengalamannya sebagai relawan autis di Jerman (foto:Agus Wahyudi)

 Oleh: Agus Wahyudi

Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap gender, Program Peduli KARINAKAS didukung The Asia Foundation mengadakan Pelatihan Gender di Kecamatan Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah. Pelatihan diikuti tim RBM (Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat), kader Posyandu, dan SHG (Self Help Group), dengan narasumber Meta Yanti dari Perkumpulan Konstanta.

© 2010 karinakas.or.id. | +62 274 552126 | karinakas.office@gmail.com